Tuesday 3 January 2017

The 2017

Hallo,

Sepertinya sudah lama sekali saya tidak menulis blog dengan Bahasa Indonesia ya. :-) Yak, cukup dulu dengan bahasa Inggrisnya ya, saatnya mengasah kembali kemampuan bercerita dengan bahasa ibu.

Jadi di hari ketiga tahun 2017 ini saya ingin berbagi "catatan saya" untuk Anda semua. Catatan tentang apa yang bagaimana saya melihat tahun 2016 kemarin dan apa saja yang harus saya lakukan di tahun 2017 ini.

Saya akan mulai dengan sebuah dari salah satu ucapan yang saya terima ketika momen pergantian tahun kemarin, yang menyebutkan "Life is about choices and decision we make". Hidup kita adalah semua pilihan dan keputusan yang kita pilih/ambil/perbuat. Ketika membaca ucapan ini langsung terbenak di pikiran saya sosok Craig Sager. Sedikit informasi, Craig Sager adalah seorang reporter olahraga (bola basket) asal Amerika Serikat yang belum lama ini meninggal setelah "kalah" dalam pertarungan melawan penyakit kanker. Ia memenangkan penghargaan Jimmy V tahun 2016 kemarin atas kegigihannya melawan kanker. Dalam pidato penerimaan penghargaan tersebut Sager menyebutkan jika "Time is simply how you live you life - waktu adalah caramu menghabiskan hidupmu."

Kedua ucapan ini seolah-olah saling melengkapi dan saya menanggapinya dengan dugaan, mungkin ini adalah "modus" Sang Pencipta yang berusaha untuk menyampaikan sesuatu ke hambanya yang kadang suka telmi ini. Saya melihat ini seperti sebuah jawaban untuk doa yang meminta di malam pergantian tahun, yaitu agar tahun 2017 menjadi tahun yang lebih baik terutama bagi saya pribadi.

Hidup ini adalah kumpulan dari pilihan dan keputusan yang kita buat, dan apa yang sudah kita putuskan maka kita akan menjalaninya dari waktu-waktu sampai pada akhirnya kita membuat sebuah keputusan baru.   

Hingga saat pergantian tahun kemarin saya terus merasa kecewa dengan tahun 2016. Kenapa? Saya merasa karir saya mandek, rejeki sepertinya seret banget, banyak publik figur yang meninggal (walaupun tidak ada hubungan langsung dengan saya, tapi rasa sedihnya tetep kena *emangbaperansihorangnya*), kerabat meninggal, hanya bisa menyelesaikan 1 buku, dari 366 hari (tahun kabisat) hanya mampu mengunjungi 2 destinasi wisata lokal, dan lain-lain. Apakah sebegitu parahnya 2016 saya, bukankah masih banyak orang menderita dibanding saya? Tidak juga, saya hanya melihat kegagalan ini murni hanya dari kacamata saya. Sebenranya jika ditelusuri akan lebih banyak hal yang saya syukuri di tahun 2016 ini, namun apalah daya saya hanyalah seorang manusia. mahluk yang ditakdirkan untuk  lebih banyak ngeluhnya ketimbang bersyukur. Itulah mengapa saya beranggapan mengapa 2016 bukan tahun yang baik untuk saya pribadi.

Tapi setelah membaca 2 kalimat tersebut, saya seakan ditampar dan diingatkan jika semua kejadian yang menurut saya membawa sial/negatif/buruk pada tahun 2016 kemarin sebenarnya adalah karena ulah saya sendiri. Karena saya yang mengambil keputusan untuk tidak mau meyudahi momen-momen kesedihan dan keputusasaan tetapi malah membiarkan momen-momen tersebut merajai 2016 saya.

Hal ini membuat saya berpikir di hari kedua tahun 2017, saya harus lebih jeli lagi dalam mengambil keputusan di 2017. Karena saya tahu perjalanan saya menuju impian/kebahagian saya masih panjang, dan akan lebih baik jika saya memilih keputusan-keputusan yang akan membuat waktu di perjalanan saya menuju impian/kebahagian saya menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Menulisnya sih sederhana ya, tapi seperti biasa, menjalaninya akan butuh kekuatan yang sangat besar. Untuk itu saya hanya bisa berdoa:

Sang Khalik, berikanlah hamba Mu ini kebijakan dan kekuatan dalam mengambil keputusan dan menjalankan hari-hari di tahun 2017 ini. Bimbinglah hamba Mu beserta kerabat dan keluarganya, semoga di tahun 2017 ini dapat menjadi tahun berkah bagi semuanya. Tuntunlah kami selelalu di dalam jalan Mu dan lindungi kami dari segala cobaan dan bahaya. Amin.

-2017 editor-