Friday 9 October 2009

Batik's Belong to Us

Teman2 ingat minggu lalu tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mematenkan nama BATIK sebagai warisan asli Indonesia. Sejak bulan Agustus sudah beredar sms, email, dan bbm mengenai permintaan bapak presiden kita, SBY, untuk mengenakan baju batik pada tanggal tersebut. Suatu panorama yang indah saat melihat semua lapisan masyarakat mengenakan baju batik pada hari itu. Mulai dari tukang becak, sopir angkot, para pekerja kantoran, even my boss (hehehehehehe). Rasa kebanggaan akan warisan budaya yang menjadi pembicaraan negara lain ini (termasuk negara yang mengklaim warisan ini, tau dong maksud saya negara apa?), bahkan menjadi trending topics di salah satu website micro blog, sepertinya merupakan salah satu bentuk rasa persatuan dan jiwa nasionalis yang sangat pantas dilihat pada masa yang serba egois ini.

Tapi dibalik semua itu, coba kita lihat hari ini (Jum'at, 9 Oktober 2009), apa yang terjadi? Dimana rasa bangga akan warisan nasional yang baru minggu lalu dipatenkan lembaga budaya dunia itu? Sepertinya bisa dilihat beberapa orang yang memang niat mengenakan batik. Ada yang harus mengenakan batik karena HARUS, soalnya seragam ngantor hari Jum'at, ada juga yang mengenakannya karena memang bangga akan hal tersebut, tapi mungkin jumlahnya hanya segelintir. Sepertinya ciri khas bangsa Indonesia yang suka pamer, dan suka ikut2an tanpa mengetahui alasan adalah kebudayaan yang lebih tepat untuk dipatenkan. Kenikmatan saat heboh berbondong-bondong belanja batik untuk dikenakan pada tanggal 2 oktober kemarin, atau ingin pamer-pamer koleksi batik mewah yang harganya membuat serangan jantung sepertinya menjadi ALASAN UTAMA untuk menggenakan batik pada tanggal tersebut. Bukan karena bangga akan pengakuan dunia terhadap budaya kita. Ironis ya? Saat ada negara mengklaim budaya kita, kita baru heboh, panas, marah, sok merasa kecolongan, tapi saat sudah diakui malah dibiarkan terbengkalai. Tidak ada maksud saya untuk meremehkan pihak-pihak yang sudah berjuang untuk membuat UNESCO mematenkan batik, tapi sepertinya sebelum memperjuangkan hal tersebut, mungkin ada baiknya jika kita "mengajarkan" terlebih dahulu kepada masyarakat kita untuk lebih menghargai budaya bangsa sendiri. Dengan begitu mungkin pihak-pihak luar akan lebih menghormati kita sebagai bangsa yang cinta dan mau melestarikan budaya bangsanya sendiri, sehingga niat untuk mengklaim pun tertutup.

Ucapan "aaahh udh di klaim aja, baru heboh, mending dikasih ke orang lain aja yang mau melestarikan" menurut saya merupakan suatu kesalahan besar. Saya sebagai pribadi merasa kecewa dengan kejadian klaim ini, tapi bukan berarti saya rela membiarkan negara lain untuk mengambil warisan kita. Jadikanlah ini sebagai suatu peringatan, bahwa budaya kita yang unik ini ternyata diminati negara lain, jadi sebaiknya kita lesatarikan, jangan dibiarkan terbengkalai saja di museum. Setuju?

Mudah2an kedepannya tidak ada lagi kejadian "sudah kecolongan baru gembok pager dan pasang security", mari bersama-sama lestarikan budaya bangsa yang lain. "Kunci pagar sebelum ada malang masuk", lebih baguskan istilahnya?Pertanyaan berikutnya How? gampang, mulai pakai batik setiap hari jumat, atau saat menghadiri resepsi perkawianan, atau acara formal lainnya. Ingat pepatah "sedikit-sedikit, lama-lama menjadi bukit", mulai dari perilaku sederhana saja niscaya kita dapat berkembang menjadi negara yang lebih baik.

CMIIW ya.....just my two cents loh....

-cheers-

No comments: